Minggu, 27 Desember 2009

FILM “JUNO” DAN “JENNY, JUNO”


Kedua film ini sama- sama bercerita tentang kehidupan anak SMA yang hamil di luar nikah. Namun di antara film yang satu dengan yang lain memiliki beberapa perbedaan, baik dari segi karakter tokohnya, jalan cerita, sudut pandang, cara film makernya menjabarkan masalah free sex, dan lain sebagainya.

Film Juno merupakan sebuah film karya Jason Reitman dan kawan-kawan yang berhasil mendapatkan 80th Academy Award sebagai film berskenario asli terbaik. Bercerita bagaimana seorang anak SMK bernama Juno (Ellen Page) yang hamil karena free sex dengan teman se-bandnya. Dia berusaha memecahkan masalah tersebut dengan pemikiran remaja yang masih labil. Sepanjang cerita lebih menekankan pada bagaiman cara Juno mempertahankan janinnya agar dapat merasakan kehidupan dunia. Pesan moral film ini dapat dikatakan tersampai dengan didukung akting yang memukau dari para pemainnya. Selain itu, cara mereka menjelaskan alasan mengapa Juno bisa hamil sangat teratur dan “indah.” Mereka menyambung adegan sekarang dengan adegan masa lalu. Permainan editing yang sangat apik dan “bersih.”

Film yang diproduksi tahun 2007 dapat membawa keadaan nyata di lapangan, khusus di Amerika sana, menjadi sebuah film. Di Amerika menerapkan suatu kebebasan, namun kebebasan yang bertanggung jawab. Free sex dan aborsi adalah hal yang biasa asalkan mampu bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan. Kebebasan budaya Amerika dipaparkan di dalam film ini dengan cara memperlihatkan adanya iklan rumah aborsi di koran. Berarti di Amerika tindakan aborsi itu merupakan kegiatan legal.

Selain itu, film ini juga memperlihatkan bahwa kehidupan di Amerika sana sangat mementingkan tanggung jawab. Para orang tua tidak akan memanjakan anak. Mereka percaya bahwa segala keputusan yang dibuat oleh sang anak merupakan pilihan hidup mereka masing-masing. Sangat memperlihatkan bahwa di Amerika sana seorang anak sudah diajarkan hidup mandiri dan memutuskan segala sesuatu berdasarkan keinginannya tetapi tetap dalam pengawasan dan bimbingan dari orang tua.

Berbicara mengenai backsound dan musik yang diputar di film ini terlihat sangat original. Memang, setiap film pasti disediakan soundtrack untuk mendukung sebuah film. Namun di film ini, musiknya terdengar natural. Mungkin dikarenakan kebanyakan musik dibawakan secara akustik. Secara subjektif, saya menilai musiknya merupakan nilai tambah dari film tersebut.

Beralih kepada film Jenny,Juno yang merupakan salah satu film remaja korea yang diproduksi tahun 2005. Film ini sama sekali tidak memperlihatkan adegan sex ataupun ciuman secara vulgar. Jadi dapat ditonton oleh semua umur dan cocok untuk dijadikan sebagai sebuah film sex education. Walaupun secara isi dan jalan ceritanya lebih memfokuskan kepada kisah cinta remajanya. Film ini tidak terlalu menekankan pada pesan utamanya yaitu stop free sex dan say no to abortion. Pesan moralnya kurang tersampaikan. Dan sepertinya, para pemain dalam film garapan Kim Ho-Joon ini merupakan pendatang baru. Jadi masih terlihat canggung dalam berakting.

Kalau dilihat dari segi kebudayaan, film ini sangat menggambarkan kebudayaan timur. Bahwa apabila seorang anak perempuan hamil di luar nikah adalah sesuatu yang memalukan, baik itu bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Di film ini terlihat betapa sedih dan kagetnya orang tua kedua belah pihak saat mengetahui anaknya melakukan hubungan di luar nikah bahkan sampai menyebabkan kehamilan. Tapi saya tidak habis pikir, mengapa ending dari cerita ini sangat bertolak belakang dari jalan cerita film tersebut. Tiba-tiba saja semua orang menerima kehadiran si bayi dengan bahagia, padahal sebelumnya mereka sangat menolak keadaan itu. Akibatnya film ini terkesan aneh dan “lucu.”

Selain itu, di film yang dibintangi oleh Park Min-Ji dan Kim Hye-sung ini kurang memperlihatkan akibat dari free sex. Sepanjang film lebih banyak mempertontonkan kisah cinta dua remaja, Jenny dan Juno tersebut. Jadi, seolah-olah film ini terkesan “mendukung” free sex.

Apabila film “Juno” dan “Jenny, Juno” ini dibandingkan, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa film “kepunyaan” Fox Searchlight (Juno) lebih banyak memiliki kelebihan. Baik dari segi kestabilan cerita, akting tokoh, tata kamera, jalan cerita, musik dan lain sebagainya. Namun menurut saya, bagi mereka yang menyukai film romantis, tidak ada salahnya untuk menonton film “Jenny, Juno” yang dirilis tanggal 18 Februari 2005 ini. Ceritanya dikemas lebih ringan dibandingkan film “Juno” yang masih menuntut kita untuk berpikir ketika sedang menontonnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar