Minggu, 27 Desember 2009

FILM BALIBO FIVE


Lewat film yang disutradarai oleh Robert Connoly ini saya baru menyadari bahwasanya saya telah ditipu habis-habisan oleh sejarah. Dan saya agak takut mengakui bahwa, saya mulai merasakan kebencian yang mendalam kepada pemerintah Indonesia zaman orde baru. Sebelumnya, yang saya ketahui tentang Timor Leste yaitu sebuah negara bekas jajahan Portugis yang lepas dari Indonesia karena adanya pemberontak Fretelin (kontra-Indonesia) yang ingin membuat negara sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa Timor Timur (sebutan Indonesia untuk Timur Leste) merupakan salah satu negara komunis dan tidak tahu berterima kasih kepada pemerintah Indonesia karena setelah dibantu melepaskan diri dari bangsa Portugis, mereka malah melakukan separatism dengan Indonesia.

Dan sekarang saya baru mengerti bahwa lepasnya Timor Leste dari Indonesia merupakan suatu pilihan yang terbaik untuk mereka (masyarakat Timor Leste.red). Semoga keadilan segera ditegakkan dengan mengusut kasus-kasus pelanggaan HAM di sana.

Berbicara mengenai adegan yang menjengkelkan di Film Balibo Five menurut saya adalah saat seorang pria (di dalam film ini, mungkin menggambarkan sosok Soeharto) menembak jurnalis Australia yang jelas-jelas ingin menegaskan bahwa mereka adalah jurnalis dan tidak layak untuk dibunuh. Tetapi dengan membabi buta, pria tersebut tetap menembaki jurnalis tersebut dan semua rekan-rekannya. Bukan hanya ditembak, untuk menghilangkan barang bukti, mereka juga membakar jasad para jurnalis Australia tersebut bersama hasil rekaman mereka mengenai invasi Indonesia ke Timor Leste.

Dan sepertinya sampai sekarang Indonesia juga belum mau membuka “aib” mereka mengenai masalah Timor Leste tersebut. Terlihat dari dilarangnya film yang diangkat dari buku berjudul Cover-Up karangan Jolliffe ini diputar di Indonesia. Memang kalau dipikir-pikir, pemutaran film tersebut di Indonesia dapat membuat buruk hubungan antara Indonesia-Australia yang sampai sekarang masih terjalin dengan baik. Namun setidaknya Indonesia juga harus menyadari hak-hak masyarakat Indonesia untuk mengetahui kebenaran “pahit” tersebut. Tidak selamanya masyarakat Indonesia bisa dibodohi dan dibohongi. Bisa-bisa masyarakat nantinya malah balik menyerang pemerintah Indonesia dan mulai skeptis dengan sejarah-sejarah yang dipaparkan selama ini. Hal ini dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin berkurang. Dan bisa saja nantinya berujung pada sikap apatis masyarakat terhadap negara Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar