Selasa, 23 Desember 2008

Diklat Kedua PPC = Diklat Pencahayaan

Nah, tiba saatnya diklat kedua PPC. Temanya adalah Pencahayaan. Diadakan tanggal 13 Desember 2008, di SEKIP dan dilanjutkan dengan hunting ke Tamansari dan Tugu Nol Kilometer. Aku lupa nama pembicaranya siapa. Yang jelas dia juga anak komunikasi angkatan 2004 atau 2005 (angkatan atas gitu). Seperti pada diklat yang sebelumnya, kita dibagi atas beberapa kelompok. Kebetulan aku sekelompok dengan April, Angga, dan Novi. Kakak pemanduku yaitu Mas Kemas dan Mas Sandy. Sebelum praktik, kita diberi beberapa materi terlebih dahulu supaya bisa menerapkannya di lapangan.

Pada diklat kali ini, kita akan diperkenalkan dunia fotografi yang lebih mendalam lagi, mengenai cahaya, memfoto dengan lampu flash, dan teknik-teknik lanjutan lainnya. Aku akan berbagi cerita dan pengetahuan mengenai diklat kedua PPC ini.

Yang pertama dijelaskan adalah mengenai pencahayaan. Arah datang cahaya itu ada berbagai macam:

  1. Front Light : arah datang cahaya dari depan. Jadi dia langsung menyorot ke arah depan objek dan tidak memiliki bayangan.
  2. Back Light : arah datang cahaya dari belakang. Back light ini juga terbagi atas dua =

· Objeknya masih tampak.

· Siluet (objek hanya berbentuk bayangan saja. Jadi cahaya yang di belakang objek lebih terang dibanding objeknya sendiri. Untuk mengukur cahayanya (light meter) tidak pada objek, melainkan ke arah cahaya yang lebih kuat. Hal itu disengaja untuk membuat cahaya objek menjadi under).

  1. Side Light : arah datang cahaya dari samping. Maka pada samping/bagian objek yang lainnya akan gelap/terbentuk bayangan.
  2. Top Light : arah datang cahaya dari atas. Jadi bayanganya hanya berbentuk pada tepi-tepi bagian yang terkena cahaya.

Kemudian teknik selanjutnya yaitu bagaimana memfoto benda yang bergerak. Ada beberapa teknik yang dapat dipakai :

  1. Freeze : membuat berhenti benda yang bergerak. Jadi pada foto, benda yang bergerak itu akan seperti membeku dan jelas. Caranya : speed di atas 125 (kemarin aku mencoba dengan speed 250, berhasil. Tapi kata Mas-nya, komposisinya kurang).
  2. Slow motion : memperlihat sebuah objek itu bergerak tapi bukan kabur atau blur. Caranya : speed 30-an ke bawah (sumpah! Sotoy-ku aja). (aku mencoba dengan speed 30, amburadul. Objeknya kurang focus).
  3. Panning : memfoto objek yang bergerak, kemudian kameranya juga ikut bergerak. Jadi hasil gambarnya, objek tampak jelas, sedangkan latar dibuat kabur. Caranya : speed 30 atau 60. Tergantung pada objek yang akan difoto. (Aku hanya bisa memberikan cara, tapi aku nggak bisa mempraktikannya sendiri. Hasil panning-ku yang kemarin benar-benar gatot, gagal total. Tidak ada satupun yang berhasil. Huff!!)
  4. Bulb (B) : membuat sebuah foto dengan bukaan jendela rana yang lama. Menggunakan fasilitas B pada speed kamera. Ini digunakan untuk mengumpulkan cahaya seperlunya, dan terciptalah sebuah gambar yang berbentuk garis-garis cahaya. Si Mas (dalam hal ini, yang aku maksud Mas Kemas) Pemanduku memberikan beberapa rumus untuk menghitung berapa lama jendela rana harus dibuka. Rumusnya antara lain :

· Atur ISO kamera ke 1600 dengan bukaan diafragma 5,6

· Kemudian cari light meter-nya pada ISO tersebut (misalnya, 25)

· Setelah menemukan light meter­-nya, ubah kembali ISO kamera menjadi ISO yang sedang dipakai (misalnya, ISO 200)

· Kemudian bulatkan angka light meter ke angka yang terdekat

· Diafragma turunkan 3 stop (menjadi 16)

· Angka light meter yang sudah dibulatkan tadi diturunkan tiga stop.

· Kemudian turunkan 3 stop lagi. Itulah perhitungan detik yang digunakan (kata Mas Kemas)

Percaya atau tidak, rumus yang diberikan Mas Kemas ini tidak berhasil membuat gambar bulb aku menjadi bagus. Dengan sangat menyesal saya mengatakan, gunakan saja insting fotografer Anda untuk menghitungnya. Karena saya sudah mencobanya. Dengan menggunakan rumus yang “maha mumet” ini hasil foto Anda tidak akan maksimal. Atau mungkin aku yang belum berpengalaman. Tapi saat disuruh mencoba-coba tanpa menggunakan rumus itu, hasil fotonya lumayan dan boleh dikatakan berhasil. Jadi, pegang saja kata-kata iklan ini, Nggak semua yang loe denger itu bener!” (Jiahahahahahay).

saat hunting di Tamansari

Teknik yang kemudian dijelaskan juga adalah mengenai teknik lampu kilat (flash). Teknik ini biasa disebut dengan fill-in. Lampu kilat selain berguna untuk menerangkan objek pada waktu gelap, juga berguna saat matahari sedang terik-teriknya. Lampu kilat itu dapat menyeimbangkan cahaya yang diterima dengan cahaya pada objek. Jadi pada saat matahari terang dan terik, cahayanya tidak berlebihan (over). Pengambilan foto fill-in ini juga memiliki rumus (InsyaAllah rumusnya tidak ngawur lagi) yaitu :

· Lihat angka pedoman I guide number (GN), dan biasanya GN sudah tercantum pada tubuh flash tersebut.

· Kemudian GN-nya itu kita bagi dengan jarak kita dengan si objek. (Misalnya, GN 36, kita perkirakan jarak kita dengan objek 3 meter. Maka 36 : 3 = 12.)

· Setelah menemukan angkanya, kita bulatkan ke angka-angka di diafragma.

Foto fill-in ku gagal. Soalnya aku salah memperkirakan jarak. Jadi hati-hati dalam memperkirakan jarak kita dengan objek.

Seperti yang sudah saya bicarakan di atas, bahwa hunting foto pada dikalt kedua PPC ini berlangsung di Tamansari dan Tugu Nol Kilometer. Pengambilan seluruh foto, selain bulb, kebanyakan di kawasan Tamansari. Sedangkan bulb sengaja ditempatkan di daerah Nol Kilometer dan pada malam hari, karena cahaya lampu sorot dari kendaraan yang berlalu lalang pada malam hari sangat indah jika dijadikan bulb.

Hunting foto kali ini berakhir pada pukul 20.30. Hari yang sungguh melelahkan dan menyenangkan. Aku mulai benar-benar menyadari bahwa fotografi adalah suatu hobi yang mengasyikkan.

Oh ya!! Aku belum bisa menampilkan foto-fotoku, karena kamera yang dipakai adalah kamera analog. Jadi hasil fotonya tidak berbentuk soft file. Aku usahakan untuk menscannya. Sip!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar